Saturday, January 15, 2022

Mencetak Generasi Global, Dimulai dari Rumah. Mungkinkah?

I.                    Latar Belakang

Dampak globalisasi dirasakan di semua lini kehidupan manusia, tidak terkecuali dari segi pendidikan. Globalisasi juga memberikan dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Aspek pendidikan dan pengasuhan adalah salah satu aspek penting yang terkadang kalah popupler dibandingkan dengan aspek-aspek lain seperti aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lain sebagainya. Padahal, dampak globalisasi dalam bidang pendidikan dan pengasuhan adalah hal yang sangat penting untuk diantisipasi dan dipersiapkan, karena dunia pendidikan erat sekali kaitannya dengang keberhasilan satu generasi untuk dapat menjawab tantangan jaman dan menggenggam dunia.

Dalam makalah kali ini, penulis tertarik untuk membahas dampak globalisasi dalam dunia pendidikan dan pengasuhan, karena penulis adalah orang tua. Orang tua yang memiliki anak-anak yang akan beranjak dewasa dan bertumbuh seiring dengan perkembangan jaman. Satu pertanyaan besar yang terlintas adalah, bagaimana anak-anak ini akan berhasil menjadi manusia dewasa yang utuh dan siap untuk berkompetisi di era global? Modal dan bekal apa sajakah yang perlu dipersiapkan?

II.                  Pembahasan

Globalisasi adalah satu kata yang tidak lepas dari keseharian kita di masa sekarang ini. Globalisasi adalah hal yang tidak dapat dipungkiri atau dihindari seiring dengan kemajuan jaman dan berkembangnya pola pikir umat manusia di dunia. Menurut Anggara (2013) “Globalisasi diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak maupun elektronik”.

Menurut Selo Soemardjan, globalisasi merupakan suatu proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama. Globalisasi adalah suatu proses di mana orang, perusahaan, dan pemerintah dari berbagai negara berinteraksi dan berintegrasi melalui perdagangan dan investasi internasional berdampak pada lingkungan, budaya, sistem politik, perkembangan ekonomi, dan kesejahteraan fisik manusia dalam masyarakat di seluruh dunia.

Secara sederhana, globalisasi punya beberapa kata kunci, yaitu sistem, negara, sama atau serupa. Atau dapat juga dikatakan bahwa Globalisasi adalah tersebar luasnya pengaruh ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang ada di setiap penjuru dunia ke penjuru dunia yang lain sehingga tidak jelas lagi batas-batas yang jelas dari suatu negara.

Lalu, apa dampaknya pada apek pendidikan dan pengasuhan? Ada setidaknya 3 hal yang penulis soroti.

1.       Arus informasi yang sangat deras masuk ke dalam negeri, seiring dengan semakin populernya internet di berbagai kalangan. Hal ini ditunjang juga dengan kemudahan dalam mengakses informasi pendidikan. Internet memberi kemudahan bagi pendidik dan peserta didik untuk mengakses materi belajar, hadirnya situs-situs buku digital yang dapat diunduh dan dijadikan referensi dalam proses belajar mengajar

2.       Kemudahan dalam mengakses informasi pendidikan secara langsung bisa meningkatkan kualitas dari tenaga pendidik. Kemudahan ini dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh guru, karena saat ini guru bisa leluasa melihat trend pembelajaran di dunia, serta mencari referensi-referensi dari negara maju di dunia yang berguna dalam proses belajar mengajar. Dengan memaksimalkan teknologi dan informasi di era globalisasi, kualitas pengajar akan terus meningkat.

3.       Akibat dari pesatnya arus globalisasi, metode pembelajaran yang awalnya bersifat sederhana kini berubah menjadi metode pendidikan berbasis teknologi. Kemajuan teknologi yang semakin canggih ternyata memberi dampak positif bagi peningkatan kualitas pendidikan. Sebagai contoh, pada zaman dahulu seorang guru harus menulis di papan tulis dengan menggunakan kapur. Kini dengan adanya teknologi, guru bisa memanfaatkan komputer dan internet untuk menggabungkan tulisan, gambar, suara, video bahkan film untuk menyampaikan materi.

Sebagaimana dimaklumi bersama bahwa di era globalisasi ini terdapat berbagai dampak pada masyarakat, baik yang positif maupun yang negatif. Implikasi positif globalisasi diantaranya perkembangan teknologi yang semakin canggih sehingga mempermudah seseorang untuk memperoleh berbagai informasi yang tidak terbatas. Informasi dapat berupa hiburan, pengetahuan dan teknologi, yang diperoleh dari berbagai saluran diantaranya: Televisi, video, film-film, internet dan sebagainya. Berbagai kemudahan informasi memang memuaskan keingintahuan kita serta dapat mengubah nilai dan pola hidup seseorang, termasuk sikap orang tua terhadap anaknya dan pola asuh yang diterapkan dalam mendidik anak.

Begitu pula dengan kaitannya dalam bidang pengasuhan. Arus informasi yang datang dari seluruh penjuru dunia membagi orang tua dan figure pengasuh ke beberapa kelompok.

1.       Kelompok pertama yang adalah pendidik dan pengasuh yang clueless tentang globalisasi. Mereka tidak tahu harus bersikap apa. Hasilnya, kemungkinan besar masih akan mengadopsi pola-pola lama pengasuhan yang cenderung kurang tepat diimplementasikan di masa sekarang. Seperti pola pengasuhan yang otoriter, dan direktif.

2.       Kelompok yang kedua adalah kelompok yang sudah lebih aware terhadap globalisasi, berusaha catch up dengan globalisasi. Namun merasa kewalahan dengan banyaknya alternatif pola pengasuhan yang ada. Melihat dari berbagai penjuru dunia, dan berusaha mengadopsi secara parsial. Kelompok ini merasa bahwa informasi yang didapatkan sangat banyak dan membuat mereka overload. Kelompok ini biasanya akan menjadi kelompok pengasuh yang kurang konsisten dan mudah terbawa arus.

3.       Kelompok ketiga adalah kelompok yang aware dengan globalisasi dan apa-apa yang perlu dilakukan, namun merasa tidak capable dalam menerapkan pola pengasuhan seperti itu. Hal ini terjadi karena bisa jadi pengasuh merasa bahwa ilmu ilmu pengasuhan dari luar sangat jauh ‘di awang2’ dan sulit jika diterapkan di kondisi kita. Atau bahkan, pendidik merasa tidak capable dalam mengantar anak-anak memasuki gerbang globalisasi.

Satu hal yang seringkali disalah artikan, bahwa ketika kita dihadapkan pada kata globalisasi, menyiapkan anak-anak untuk siap bersaing di era globalisasi, maka yang terbayang dalam benak adalah menjejalkan sebanyak-banyaknya ilmu pengetahuan kepada mereka. Anak-anak harus tahu segala hal. Anak anak harus pandai dan cemerlang dalam mata pelajaran apapun.

Di sisi lain, perubahan ke arah globalisasi tidak berlangsung serta merta. Telah banyak yang terjadi sehingga kita semua berada di titik Sekarang ini. Perubahan yang mengarah pada era globalisasi ini sangat dipengaruhi oleh era-era revolusi pada abad 18, 19 dan 20.

Pada abad 18, adalah awal dari revolusi industri. Dimulai dari diciptakannya mesin-mesin yang dapat mempermudah kerja manusia. Alat-alat bantu ditemukan, seperti mesin jahit, alat pintal, alat transportasi dan lain-lain. Sehingga perubahan yang terjadi pada revolusi industri perlahan menghasilkan perubahan pada willing. Ketika sebelumnya segala sesuatunya harus dilakukan sendiri, perlahan bergeser dan beberapa hal dapat digantikan perannya oleh mesin dan alat-alat. Segalanya menjadi lebih mudah dan memerlukan usaha yang semakin sedikit dari manusia.

Penemuan-penemuan ini juga merubah banyak hal dalam interaksi manusia. Perubahan kedalam diri manusia, dimana menjadi perubahan pada feeling atau perasaan. Manusia mulai merasa perlu berkehidupan lebih terpisah. Manusia memilih untuk menjadi lebih introvert dan individualis. Didukung dengan semua yang serba mudah dan tampak tidak memerlukan bantuan orang lain. Sehingga peranan perasaan dalam hubungan sosial semakin berkurang, karena kurangnya interaksi sosial.

Lalu pada abad 21 ini, kita sedang menghadapi revolusi besar yang berpengaruh pada thinking. Kita sangat dimudahkan untuk tidak lagi menggunakan otak dan hati kita untuk berpikir untuk memilih apa-apa yang kita sukai atau kita kehendaki. Semua pilihan dengan cepat tersaji, dan kemudian teknologi dengan mudah dapat memilihkannya untuk kita. Bahkan untuk memilih rute perjalanan saja, saat ini tidak jarang kita merelakan thinking kita digantikan oleh google maps.

Inilah realita kehidupan kita sekarang. Bahkan sebelum anak-anak kita menjadi dewasa dan mempunyai peran peradaban, willing, feeling dan thinking mereka sudah semakin terkikis dan tumpul. Berangkat dari hal tersebut, maka pendidikan dan pengasuhan anak di era globalisasi sebaiknya hadir untuk mengasah lagi ketiga hal tersebut. Pendidikan yang diperlukan untuk generasi yang akan datang, adalah pendidikan yang mempertajam kembali tiga hal yang sudah hampir hilang ditelan revolusi tersebut.

Persiapan dalam menghadapi tantangan dunia di era globalisasi ini adalah bukan hanya bagaimana menyiapkan pendidikan untuk generasi muda, namun lebih dari itu bagaimana kita sebagai individu dewasa dapat bertumbuh. Karena beban pendidikan bukan hanya pada anak dan siswa saja, melainkan perubahan dalam diri kita sebagai orang tua, pengasuh dan pendidik yang mengawali ini semua. Mengasuh dan mendidik anak di era global tidak semata-mata menjadikan ilmu pengetahuan sebagai satu-satunya indicator keberhasilan. Anak dengan banyak inputan ilmu yang dijejalkan tidaksama artinya dengan anak yang siap berkompetisi di era global.

Jika menilik dari hal diatas, maka anak-anak perlu dipersiapkan untuk bersaing di era globalisasi. Beberapa kriterianya, antara lain adalah :

1.       Siap untuk menjadi pembelajar yang mandiri. Artinya, dia siap mencari ilmu pengetahuan dimana saja, kapan saja, dengan siapa saja dan kepada siapa saja. Menuntut ilmu semestinya tidak dibatasi oleh dinding sekolah. Mengambil spirit belajar Ki Hajar Dewantoro, bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang memerdekakan. Memerdekakan artinya memberikan kebebasan kepada manusia untuk mengambil ilmu secara merdeka dan mandiri. Jika kita berbicara pada tataran pendidikan formal, maka ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan Nadiem Makarim tentang merdeka belajar. Pada beberapa universitas bahkan sedang diuji coba untuk mewajibkan menyelipkan SKS kosong yang bisa digunakan mahasiswa untuk belajar tentang apapun yang ia minati, yang bahkan tidak sesuai dengan bidang keilmuan yang sedang ia tempuh. Nantinya akan kita temui serang dokter yang punya skill akuntansi misalnya, atau seorang insinyur desain lanskap yang paham juga tentang bagaimana beternak lele, karena saat sekolah merekapun belajar tentang itu. Sedemikian pula merdeka.

2.       Mempunyai willing, feeling dan thinking yang cakap, sejalan dengan rasa empati yang terawat. Masih merujuk perkataan Menteri Nadiem Makarim, bahwa semua orang boleh bercita-cita menjadi apa saja, dengan tidak menganggu kemerdekaan orang lain. Boleh menjadi apa saja, namun tidak menganggu kemerdekaan orang lain. Boleh menjadi apa saja, artinya anak sedang difasilitasi untuk memiliki kehendak, eager, persisten, dan grit. Dan untuk bisa jadi apa saja, anak-anak juga perlu memiliki kapasitas yang jelas dan terukur untuk mewujudkannya. Dan tidak mengganggu kemerdekaan orang lain, artinya ia sedang berempati, bersepakat dengan orang lain, berkolaborasi dan mencari solusi menang-menang. Dua hal yang bertentangan, tetapi jika bisa diaplikasikan beriringan akan berbuah sesuatu yang indah dan harmonis.

3.       Berproses menjadi manusia dewasa seutuhnya. Manusia dewasa, adalah sanggup (mau dan mampu) mengambil kepututsan-keputusan mandiri berdasarkan pertimbangan resiko. Dalam menghadapi masalah dan situasi sulit, manusia dewasa bisa memetakan pilihan-pilihan alternatif keputusan sekaligus dengan resiko yang dihadpi bila ia memilih opsi A, B atau C. dan Ketika ia memutuskan untuk memilih salah satu opsinya, maka secara sadar ia sudah dapat menerika resiko yang akan terjadi.

Pertanyaan selanjutnya adalah, dimanakah tempat paling baik untuk membekali anak-anak akan kompetensi-kompetensi tersebut? Apakah rumah, sekolah, pesantren, lingkungan, atau mana?

Rasanya boleh dijawab masing-masing dan diresapi. Namun ijinkan penulis ingin mendefinisikannya menggunakan pepatah kuno, it takes a village to raise a child. Semua yang terlibat dalam kehidupan seorang anak, sangat berperan untuk mendidi, mengasuh dan menjadikan ia menjadi manusia dewasa. Orang tuanya, gurunya, temannya, tetangganya, satpam kompleksnya, guru mengajinya, dan lain-lain. Namun spotlight penulis arahkan ke rumah. Rumahlah salah satu tempat terbaik dalam mengasah dan mengisi kompetensi ini. Mengapa?

1.       Orang tua dan pengasuh di rumah adalah orang yang paling bertanggung jawab atas amanah ini. Sebagian besar waktu anak-anak mereka habiskan di rumah. Maka, orang tua dan pengasuh di rumahlah yang paling tahu banyak mengenai anak-anak mereka.

2.       Karena pendidikan karakter hampir tidak tersentuh oleh pendidikan formal. Memang tidak semua pendidikan formal abai dan lalai pada pendidikan karakter, namun sejauh pengamatan penulis, pendidikan karakter masih diberi porsi jauh lebih sedikit di sekolah. Sekolah seolah mempunyai tugas besar dalam mengantar anak didiknya menjadi ahli dalam bidang keilmuan dan pengetahuan.

3.       Al ummu madrosatul ula. Ibu adalah sekolah pertama dan utama bagi anaknya. Jika ibu mempersiapkan dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan abngsa yang baik pokok dan pangkalnya. Hal ini dungkapkan oleh penyair kenamaan, Hafiz Ibrahim. Seorang ibu yang memiliki Pendidikan yang baik, dan dapat merawat anak-anaknya dengan penuh kasih sayang akan menghasilkan anak-anak yang baik pula. Semakin banyak ibu yang sadar dan hadir dalam perannya, tentu saja akan semakin kuat pondasi bangsa.

 

III.               Kesimpulan

Globalisasi adalah satu kata yang tidak lepas dari keseharian kita di masa sekarang ini. Globalisasi adalah hal yang tidak dapat dipungkiri atau dihindari seiring dengan kemajuan jaman dan berkembangnya pola pikir umat manusia di dunia. Dampak globalisasi dirasakan di semua lini kehidupan manusia, tidak terkecuali dari segi Pendidikan. Dampak positif globalisasi antara lain, memberi kemudahan bagi pendidik dan peserta didik untuk mengakses materi belajar. Kemudian, globalisasi berdampak pula terhadap meningkatnya kualitas tenaga pendidik dan pergeseran cara belajar. Berangkat dari hal ini, maka pendidikan karakter masa kini sebaiknya setidaknya mencakup tiga hal, yaitu anak siap untuk menjadi pembelajar mandiri. Lalu, selanjutnya, anak diajak untuk mengasah willing, feeling dan thinkingnya agar tetap tajam dan efektif. Selain itu, anak perlu untuk berproses menjadi dewasa seutuhnya, sehingga dapat  membuat keputusan mandiri berdasarkan pertimbangan resiko. Dengan setidaknya tiga hal ini, diharapkan anak-anak dapat menjawab tantangan jaman dalah era globalisasi.

Rumah adalah tempat yang paling beralasan untuk menjakankan pendidikan karakter ini. Karena orang tua khususnya ibu, adalah sekolah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Kemudian, karena besar waktu anak-anak mereka habiskan di rumah. Maka, orang tua dan pengasuh di rumahlah yang paling tahu banyak mengenai anak-anak mereka. Selain itu, pendidikan karakter masih terasa diberi porsi jauh lebih sedikit di sekolah jika dibandingkan dengan pendidikan formal berbasis keilmuan.

 

KONTINUITAS BISNIS DI ERA GLOBAL

 

Menurut sumber buku Control of Risk: A Guide to the Systematic Management of Risk from Construction, biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan dapat terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1.      insured Cost, adalah biaya-biaya yang sudah direncanakan dan terprediksi akan keluar setiap waktu tertentu. Contohnya, gaji karyawah, biaya interest, biaya material dan jasa, dan lain-lain.

2.      Uninsured cost, adalah biaya yang dikeluarkan secara tiba-tiba, incidental dan tidak terprediksi. Misalnya, biaya kerusakan material, biaya kerusakan alat produksi, biaya kondisi emergensi, biaya overtime, biaya kecelakaan kerja, dan lain-lain.

Perusahaan yang sehat adalah perusahaan yang dapat seminimal mungkin menekan biaya uninsured costnya, atau dapat memprediksi dengan mendekati tept, berapa banyak biaya uninsured cost akan dikeluarkan oleh perusahaan.

Maka dari itu, diperlukanlah management resiko atau risk management. Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, mengendalikan, dan berusaha menghindari, meminimalkan, atau bahkan menghilangkan risiko yang tidak dapat diterima. Tujuan manajemen risiko adalah agar perusahaan bisa berkembang dengan stabil sesuai target bisnisnya. Dengan adanya proses manajemen risiko, perusahaan bisa melakukan penanganan lebih cepat terhadap sumber-sumber yang mengancam pertumbuhan usaha. Adapun manajemen risiko dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain :

1.      Convergence and consolidation

2.      Globalization

3.      Complexity of the markets and investment

4.      Scarcity of qualified personnel

5.      Evolving technology

6.      Competitive differentiation

7.      Tightening margins

8.      Highly regulated environment

Penerapan manajemen risiko yang berhasil ditunjukkan dengan adanya identifikasi dan analisis risiko sesuai tingkat kepentingannya. Risiko dimitigasi, dilacak, dan dikendalikan secara efektif. Permasalahan dicegah sebelum terjadi dan pegawai secara sadar fokus pada apa yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan.

TKI, PAHLAWAN DEVISA

 

Apa yang menyebabkan negara Indonesia banyak mengirim tenaga kerja ke luar negeri menjadi PMI (Pekerja Migran Indonesia):

1.      Tingginya angka pengangguran bagi penduduk berusia produktif namun memiliki pendidikan yang rendah

2.      Faktor alam di daerah yang tidak mendukung, ekosistem tercemar sehingga sulit untuk bergantung dari alam sebagai matapencaharian (nelayan, petani)

3.      Kurangnya sosialisasi pemerintah mengenai upaya bantuan pemerintah dan pemberdayaan penduduk seperti permodalan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Pemerintah menyediakan dana bagi penduduk yang berwiraswasta

4.      Kurang meratanya pembangunan dan perluasan kesempatan kerja di seluruh wilayah Indonesia

 

Berbicara tentang Pekerja Migran Indonesia, tidak terlepas dari transaksi pengiriman uang dari dalam dan keluar negeri. Proses ini disebut dengan remittance atau remitansi. Secara harfiah,remittance atau remitansi bisa diartikan pengiriman uang. Adapun secara istilah, remittance adalah pengiriman uang dari satu pihak ke pihak yang lain dan umumnya, pengiriman yang dilakukan tersebut melintasi batas negara. Selain bantuan internasional, uang yang dikirimkan pekerja migran merupakan salah satu arus uang terbesar di negara berkembang. Remitansi pekerja adalah bagian penting dari arus modal internasional, terutama di negara-negara pengekspor tenaga kerja.

 

Layaknya transaksi keuangan pada umumnya, remittance memiliki dua pihak yang terlibat, yakni pihak pengirim dan penerima. Proses itu bisa terjadi secara dua arah, yakni dari dalam ke luar maupun dari luar ke dalam negeri. Oleh karena itu, layanan remittance juga dibedakan menjadi dua jenis.

1.      Outward remittance, artinya adalah layanan yang membuat setiap orang bisa melakukan pengiriman atau transfer uang dari dalam negeri (Indonesia) ke bank luar negeri dalam bentuk valuta asing. Layanan ini biasanya digunakan oleh warga negara Indonesia yang ingin mengirimkan uang kepada keluarga mereka yang berada di luar negeri. Misalnya, para pelajar yang menuntut pendidikan di luar negeri biasanya akan menerima uang saku dari keluarga mereka.

2.      Inward remittance atau incoming remittance. Remittance jenis ini artinya adalah layanan yang berkebalikan dengan di atas. Layanan ini merupakan layanan pengiriman dari luar negeri dalam bentuk mata uang asing dengan tujuan rekening bank di dalam negeri.

 

Pengiriman tenaga kerja ke luar negeri memiliki kaitan erat dengan harga diri suatu bangsa, dan politik luar negeri. Konsekuensi yang bersifat makro ini seringkali terabaikan manakala desakan-desakan ekonomi menjadi prioritas utama. Keadaan ekonomi masyarakat di negara-negara berkembang yang rendah dan banyaknya warga yang tidak memiliki pekerjaan (termasuk Indonesia) membuat pengambil kebijakan di bidang ketenagakerjaan untuk mencari solusi cepat mengatasi pengangguran. Salah satu solusi yang dipertahankan adalah pengiriman tenaga kerja.

Wednesday, November 17, 2021

PENGARUH GOLBALISASI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

Terdapat 5 renstra 2020-2024 yang dicanangkan oleh kementrian BUMN

1.    Nilai ekonomi dan sosial untuk Indonesia

2.    Inovasi model bisnis

Karena pandemic covid 19 maka diperlukan inovasi dan kreativitas dalam model bisnis yang ada

3.    Kepemimpinan teknologi

4.    Peningkatan investasi

Peningkatan investasi yang dicanangkan pemerintah, harus menarik sehingga negara kita bisa menjadi pilihan negara lain untuk berinvestasi

5.    Pengembangan talenta

 

Ada 3 aspek penting dalam maturitas pengelolaan suatu negara

1.    Process

a.    Metode korporasi

b.    Form, template, checklist

c.    Proses Quality dan audit

d.    Continuous improvement

2.    People (SDM)

a.    Standarisasi kompetensi; sertifikasi keahlian

b.    Pengembangan kompetensi dan training

c.    Seritifkasi

d.    Assignment dan jenjang karir

e.    System rewards dan punishment

3.    Technology

a.    Software

b.    Communication tools

c.    Knowledge dan document

d.    management

 

Jika process dan peoplenya OK, sementara technology tidak OK, maka yang terjadi adalah perusahaan berjalan kurang efisien, pengawasan yang lemah dan masalah tidak dapat dengan cepat terimplementasi

Jika people dan technologinya OK namun process tidak OK, maka ada potensi ketidak efektifan dari setiap proses kegiatan

Jika technology dan process OK namun people tidak OK, maka kepatuhan implementasi proses bisnis yang tidak berjalan secara efektif

 

Tacit knowledge adalah ilmu atau keahlian yang dibawa secara personal, bervariasi tergantung dari banyak variable.

Explicit knowledge adalah ilmu atau keahlian yang terstandarisasi atau tertulis, sehingga menghasilkan hasil yang sama

 

 

STRATEGIC FOCUS DAN BALANCED SCORECARD

 

 

Strategi diferensisiasi merupakan suatu strategi organisasi yang bertujuan untuk menghasilkan suatu produk atau jasa yang berbeda dengan produk atau jasa dari perusahaan lain. Dengan kata lain, produk atau jasa yang dihasilkan haruslah mempunyai identitas. Identitas produk atau jasa ini dapat berupa atribut-atribut yang melekat pada produk atau jasa tersebut sehingga dapat dikenal oleh pelanggan. Fokus utama strategi diferensiasi adalah pada loyalitas pelanggan terhadap produk atau jasa perusahaan.

Cara melakukan diferensiasi tiap perusahaan berbeda beda. Hal ini tergantung pada karakteristik perusahan, produk atau jasa yang dihasilkan dan besar kecilnya perusahaan. Diferensiasi dapat didasarkan pada produk itu sendiri, sistem penyerahan produk yang digunakan untuk dijual, pendekatan pemasaran, dan jajaran luas factor lain.

Perbedaan atau ciri khas yang melekat pada suatu produk seringkali mencerminkan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk lain yang tidak memiliki diferensiasi, sehingga bagi pelanggan yang hendak membeli produk tersebut. Untuk menerapkan strategi diferensiasi, suatu lembaga perlu memperhatikan ketrampilan dan sumber daya korporasi dan organisasi korporasi.





Berikut adalah strategic focus diagram, yang dapat membantu perusahaan untuk menentukan focus strategi perusahaan atau produknya.

Balanced scorecard adalah sistem manajemen yang bertujuan untuk menerjemahkan tujuan strategis organisasi ke dalam serangkaian tujuan kinerja yang, pada gilirannya, diukur, dipantau, dan diubah jika perlu untuk memastikan bahwa tujuan strategis organisasi terpenuhi.

Perspektif Balanced Scorecard

  • Perspektif Keuangan. Perspektif keuangan sangat erat sekali kaitannya dengan pemasukan dan pengeluaran sebuah perusahaan.
  • Perspektif Pelanggan.
  • Perspektif Proses Bisnis Internal.
  • Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan.

Saturday, November 13, 2021

PENERAPAN PDCA DALAM PELAKSANAAN NASIJONGKOK

 di video kali ini mari kita bahas tentang PDCA, dan bagaimana penerapannya dalam pelaksanaan nasijongkok. Selamat menonton.



atau dapat pula diakses pada link berikut PENERAPAN PDCA DALAM PELAKSANAAN NASIJONGKOK


--


#bandungbusinessschool
#stiestembi
#stembibandung
#amikhass
#steistembi
#tugaskuliah
#teknologikomunikasi
#postingan
#akuntansi
#manajemen
#ekonomisyariah
#manajemeninformatika
#magistermanajemeninovasi
#mmi

Friday, November 12, 2021

MENCETAK GENERASI GLOBAL DIMULAI DARI RUMAH. MUNGKINKAH?

 Berikut adalah materi presentasi dengan tema dampak globalisasi pada aspek pendidikan dan pengasuhan. 









--

#bandungbusinessschool
#stiestembi
#stembibandung
#amikhass
#steistembi
#tugaskuliah
#teknologikomunikasi
#postingan
#akuntansi
#manajemen
#ekonomisyariah
#manajemeninformatika
#magistermanajemeninovasi
#mmi